Kaidah Kebahasaan Teks Drama
Jika
kalian membaca dan mencermati sebuah teks drama, maka biasanya ada beberapa
kaidah kebahasaan yang akan kalian temukan. Kaidah kebahasaan tersebut yaitu
sebagai berikut:
1.
Kalimat
Langsung
Di dalam teks
drama hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya.
Sehingga dalam drama terdapat kalimat langsung yang lazimnya diapit oleh dua tanda
petik (“....”).
Contoh
Guru : “Kenapa kamu datang terlambat?”
Murid : “Bangun kesiangan Bu!”
2.
Kata
Ganti
Teks drama menggunakan
kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan
banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka. Lain halnya dengan bagian
dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Kata-kata
ganti yang dimaksud adalah saya, kami, kita, Anda.
3.
Kata
Sapaan
Kata sapaan
adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara,
misalnya: Pak, Bu, Non, Nak, Bung dan lain-lain.
4.
Kata
Tidak Baku
Sebagaimana
halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama juga tidak lepas dari
munculnya kata-kata tidak baku dan kosakata percakapan, seperti: kok, sih,
dong, santuy dan lain-lain.
5.
Kalimat
Seru, Suruhan, dan Pertanyaan
Perhatikan
contoh berikut:
-
Wah...Kerudungmu bagus sekali! (Kalimat seru)
-
Besok, tolong aku belikan kerudung seperti itu
ya! (Kalimat perintah/ suruhan)
-
Kerudungnya kamu beli di mana? (Kalimat
pertanyaan)
6.
Konjungsi
Temporal
Banyak
menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal).
Contoh: sebelum,
sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.
7.
Kata
Kerja Peristiwa yang Terjadi/ Kata Kerja Aksi
Banyak
menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti
menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.
8.
Kata Kerja
Mental
Banyak
menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh.
Contoh:
merasakan, menginginkan, menharapkan, mendambakan, mengalami.
9.
Kata
Sifat
Menggunakan
kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau
suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.
Ingat, untuk membuktikan sebuah kata termasuk kata sifat atau bukan, kalian
tinggal merangkaikan kata tersebut dengan kata paling, sangat, dan sekali.
Selain itu, kalian bisa menambahkan dengan imbuhan se-nya. Contoh: paling baik,
baik sekali, sebaik-baiknya.
Latihan
Petunjuk: Bacalah
teks drama berikut dengan saksama. Lalu cermatilah kaidah kebahasaan yang ada
pada teks drama tersebut dengan format kaidah kebahasaan dan kutipan teksnya.
(Cat: Setiap kaidah, satu kutipan teks)
Si
Kabayan
Sekolah Yayasan Putra Bangsa di Betawi,
pada pagi hari. (Guru tengah meluapkan
kemarahan kepada murid-muridnya. Memukul bel berkali-kali dan baru berhenti ketika
murid-murid sudah berkumpul semua. Dia menatap muridnya satu demi satu)
Guru : Siapa
di antara kalian yang kencing sambil berdiri?
Murid-murid : (Semua mengacungkan tangan kecuali Kabayan)
Guru : Sejak
kapan kalian kencing sambil berdiri?
Murid-murid : Sejak
kami kecil, Guru.
Guru : Itu
menyalahi peraturan. Apa bunyi peraturan tentang kencing?
Murid I : Seingat
saya, sekolah kita tidak pernah membuat peraturan tentang kencing Guru. Yang
ada hanya peraturan yang bunyinya: Jaga Kebersihan.
Guru : (Membentak) Jaga Kebersihan! Jaga
Kebersihan! Bunyi peraturan itu bisa berlaku untuk segala perkara, termasuk perkara
kencing dan berak. Paham?
Murid-murid : (Ketakutan) Paham, Guru.
Guru : Tapi
coba lihat sekarang di tembok WC dan kamar mandi. Hitamnya, kotornya. Bagaimana
cara kalian menjaga kebersihan? Dengan cara mengotorinya? Itu akibat kalian
kencing sambil berdiri.
Kabayan : (Mengacungkan tangan)
Guru : Ada
apa Kabayan? Mau bertanya apa?
Guru : Kamu
satu-satunya yang tadi tidak tergolong kepada para kencing berdiriwan ini.
Apa kamu kencing sambil jongkok?
Atau sambil tiduran?
Kabayan : (Menahan senyum) Maaf, Guru. Saya kencing sambil jongkok sejak saya kecil. Sudah
kebiasaan. Kencing sambil berdiri,
bukan saja menyalahi peraturan sekolah kita, tapi juga melanggar semboyan sekolah kita yang bunyinya: “Jongkoklah Waktu
Buang Air Kecil dan Besar, supaya Kotoran Tidak akan Berceceran”.
Guru : Itulah
yang ingin kuutarakan pagi ini. Otakmu encer sekali, Kabayan, dan sungguh
tahu aturan. Kamu betul-betul kutu buku. Apa lagi kalimat-kalimat dalam
kitab yang kamu baca perihal kencing? Katakan, biar kawan-kawanmu yang bebal ini
mendengar.
Kabayan : (Berlagak menghafal) “Yang keluar saat buang air kecil harus air. Kalau darah, itu
pertanda kita sakit. Segeralah ke
dokter”.
Guru : Bagus.
Apa lagi? Apa lagi?
Kabayan : ”Terlalu
sering kencing, beser namanya. Susah kencing, mungkin kena sakit kencing batu. Segeralah berobat.
Jangan punya hobi menahan kencing. Sebab kencing alamiah sifatnya. Dan harus
dikeluarkan.” Kabayan “Dengan kata lain, semua kotoran harus segera dibuang”.
Guru : Bagus,
bagus. Sejak saat ini, dengar bunyi peraturan dari dalam semboyansemboyan sekolah kita dan patuhi! Kalian yang
melanggar akan aku suruh hukum pukul
tongkat tujuh kali. Hafalkan peraturannya, terutama mengenai kencing sambil
jongkok itu tadi. Sekarang, kalian aku hukum membersihkan WC dan kamar mandi.
Semuanya kecuali Kabayan!
Murid-murid : Kami
patuh, Guru.
Guru : Sekian
pelajaran tentang kencing. Hukuman harus segera dilaksanakan sekarang juga! (Pergi)
(Musik terdengar, Masuk dalang, omong sama penonton)
(Sumber Buku: Suherli, dkk. 2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK. Jakarta: Kemendikbud.)
Jika anda tertarik atau ingin menjadi web developer, anda dapat mengunjungi blog yang saya buat :)
ReplyDeleteWeb Developer Tangerang
Menarik
ReplyDeletepinter si kabayan hehehe
ReplyDeleteSi kabayan, cerita legendaris
ReplyDelete